Imam An Nawawi, Kenapa Harus Abu Zakaria?



Imam al Nawawi, siapa yang tidak kenal ulama yang satu ini, ulama dari madzhab syafi’i yang sangat produktif dalam hal tulis menulis, ada banyak karya yang beliau hasilkan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman, diantara karya beliau yang fenomenal adalah al Majmu’ syarah dari kitab al Muhadzdzab karya ulama syafi’iyah Imam al Syairazi (w 476 H), kitab Al Minhaj Syarah Shahih Imam Muslim bin Al Hajjaj, ada juga kitab Riyadh As Sholihin yang katanya kitab ini adalah kitab paling banyak dicetak kedua setelah mushaf Al Qur’an, kitab beliau ini juga disyarah oleh banyak ulama yang hidup setelahnya, ada juga kitab al Arba’in al Nawawiyyah, kitab kecil yang berisi beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang juga disyarahkan oleh banyak ulama, dan banyak lagi karya-karya beliau lainnya.


Nama lengkap Beliau

Nama lengkapa beliau adalah al Imam al Hafidz Muhyiddin Yahya bin Syaraf  bin Murri bin Hasan bin Husain bin Jum’ah bin Hizam al Nawawi al Syafi’i Abu Zakaria, dilahirkan di Nawa salah satu desa di bumi Syam pada bulan Muharram tahun 631 H dan wafat pada 24 Rajab 676 H.

Tidak Menikah Tapi Punya Kunyah

          Imam al Nawawi menyibukkan diri dengan ilmu, bahkan hampir seluruh hidupnya beliau korbankan untuk ilmu, sehingga beliau tidak sempat menikah dan tidak mempupunyai keturunan, tapi menariknya walaupun beliau tidak mempunyai keturunan, beliau memiliki kunyah (baca: Kun-yah), yaitu Abu Zakaria, biasanya seseorang itu diberi kunyah sesuai nama anaknya, dan biasanya anak tertua, tapi berbeda dengan Imam al Nawawi, beliau tidak punya anak tapi punya kunyah, dan sebenarnya bukan hanya beliau sendiri, ada beberapa ulama yang juga tidak punya keturunan dan tidak menikah namun punya kunyah, seperti Imam Ibnu Jarir al Thabari misalnya, kunyah beliau adalah Abu Ja’far, ada juga Ibnu Taymiyyah yang kunyahnya Abu Al ‘Abbas padahal mereka ini tidak menikah apalagi punya keturunan, lha kok bisa ya?

Kesunahan Kunyah

Mempunyai kunyah bagi seorang mslim hukumnya adalah sunnah, baik seseorang itu mempunyai anak atau tidak, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya:

أن عائشة قالت للنبي صلى الله عليه وسلم: يا رسول الله، كل نسائك لها كنية غيري؟ فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم: «اكتني أنت أم عبد الله» فكان يقال لها: أم عبد الله حتى ماتت، ولم تلد قط (رواه أحمد)

bahwasanya ummul mu’minin ‘Aisyah radiallahu ‘anha berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: wahai Rasulallah semua isterimu mempunyai kunyah kecuali aku?, maka Rasulullah berkata kepada beliau: “kunyahmu adalah Ummu Abdillah” maka mulai saat itu beliau dipanggil dengan Ummu Abdillah sampai beliau wafat padahal beliau tidak punya anak. (HR: Ahmad)

selain itu juga mempunyai kunyah sudah menjadi tradisi para ulama dahulu, karena memang itu adalah sebuah kesunnahan, maka mereka sejatinya mentradisikan sunnah dan ini adalah hal yang sangat baik, bukan sebaliknya mensunnahkan tradisi sebagaimana yang banyak terjadi dimasa kita sekarang ini.

Ada Apa Dengan Abu Zakaria

Setelah kita tahu kesunnahan mempunyai kunyah, ada satu pertanyaan lagi yang mengganjal dipikiran kita, yaitu kenapam Imam al Nawawi kunyahnya adalah Abu Zakaria, bukan Abu Abdillah atau Abu Muhammad atau yang lain?

 Seperti yang sudah kita bahas di atas bahwa nama imam al Nawawi adalah Yahya, sudah menjadi tradisi bangsa arab jika seseorang dari mereka bernama Yahya maka akan diberi kunyah Abu Zakaria, seperti halnya seorang yang bernama Yusuf maka dia akan diberi kunyah Abu Ya’qub begitu juga Isma’il biasa disebut Abu Ibrahim. Sebelum imam al Nawawi ada beberapa ulama yang mempunyai nama yang sama yaitu Yahya, diantaranya sahabat karib Imam Ahmad bin Hanbal yaitu Yahya bin Ma’in (w 233 H) begitu juga seorang ulama dari madzhab maliki bernama Yahya bin Umar al Andalusi (w 289 H) dan keuda orang Yahya ini memiliki kunyah yang sama yaitu Abu Zakaria, nah begitu juga Imam al Nawawi, karena nama beliau adalah Yahya maka disematakanlah Abu Zakaria oleh para ulama di masanya  sebagai kunyah beliau.

Allahu a'lam

Muhamad Amrozi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berwudhu Tanpa Niat, Boleh dan Sahkah?

Air Musta'mal Menurut Empat Madzhab