Tua Renta Tak Mampu Berpuasa, Apakah Wajib Bayar Fidyah?
Berpuasa pada bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi muslim yang baligh, berakal, mukim serta tidak sakit. Puasa sendiri kedudukannya di dalam Islam adalah sebagai rukun Islam yang ke tiga. Akan tetapi, Islam memberikan keringan kepada bebrapa golongan untuk tidak berpuasa, seperti orang yang sedang bepergian, orang yang sedang sakit, wanita yang sedang hamil dan menyusui serta lansia yang sudah tidak mampu lagi untuk melakukan kewajiban ini.
Para ulama sepakat bahwa orang tua yang sudah tidak mampu lagi untuk melakukan puasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa pada bulan suci Ramadhan, karena jika ia diharuskan untuk tetap berpuasa maka akan membahayakan dirinya. Tetapi, jika tidak berpuasa, apakah ada kewajiban lain yang harus dilakukan oleh lansia sebagai ganti dari puasa yang ia tinggalkan?.
Dalam hal ini mereka berbeda pendapat, ada ulama yang berpendapat bahwa orang tua yang meninggalkan puasa karena tidak mampu lagi untuk melakukannya maka wajib baginya untuk membayar fidyah, namun ada juga ulama yang tidak mewajibkan apa-apa. Berikut pendapat mereka mengenai hal ini:
Madzhab Hanafi
Para ulama hanafiyah berpendapat bahwa orang tua yang tidak mampu lagi berpuasa wajib mengganti puasa yang ia tinggalkan dengan membayar fidyah.
· Imam Al Kasani (w 587 H) dari madzhab hanafi di dalam kitab Badai’ As Shanai’ Fi Tartibi As Syarai’ menuturkan:
يباح للشيخ الفاني أن يفطر في شهر رمضان لأنه عاجز عن الصوم وعليه الفدية عند عامة العلماء
Dibolehkan bagi orang yang sangat tua tidak berpuasa pada bulan Ramadhan; karena dia tidak mampu lagi berpuasa, dan wajib baginya membayar fidyah menurut banyak ulama.[1]
· Imam Al Marghinani (w 593 H) dari madzhab yang sama dalam bukunya Al Hidayah Syarah Bidayah Al Mubtadi mengatakan hal serupa:
والشيخ الفاني الذي لا يقدر على الصيام يفطر ويطعم لكل يوم مسكينا كما يطعم في الكفارات
Orang tua yang tidak mampu puasa boleh untuk tidak berpuasa dan wajib memberi makan satu orang miskin setiap hari ia tidak berpuasa seperti ia memberi makan pada kafarah.[2]
Madzhab Maliki
Para ulama malikiyah mengatakan bahwa orang tua yang tidak mampu lagi berpuasa dan ia tidak berpuasa tidak diwajibkan baginya untuk membayar fidyah.
· Imam Al Qarafi (w 684 H) dari madzhab maliki dalam kitab Adz Dzakhirah mengatakan:
المبيح السادس الكبير العاجز عند مالك و (ش) لأنه غير مطيق ويطعم عند (ح) لأنه بدل من الصوم
Pemboleh yang ke enam adalah orang tua yang tidak sanggup lagi berpuasa menurut Imam Malik dan syafii; karena ia tidak mampu, dan wajib bayar fidyah menurut Imam Abu Hanifah; karena dia adalah ganti dari puasa.[3]
· Imam Al Mawaq (w 897 H) dari madzhab yang sama dalam bukunya At Taj Wa Al Iklil Syarah Mukhtasar Khalil menyebutkan hal seanada:
وإن بلغ به الكبر إلى العجز جملة أفطر ولا شيء عليه من إطعام ولا غيره. وهذا هو الصواب من المذهب
Jika kerentaan itu sampai membuatnya tidak mampu untuk melakukan puasa sama sekali maka ia boleh tidak berpuasa dan tidak wajib memberi makan (fidyah) dan yang lain, dan ini pendapat yang benar dalam madzhab.[4]
Madzhab Syafii
Para ulama internal madzhab syafii berbeda pendapat mengenai orang tua yag tidak lagi mampu berpuasa, menurut sebagian dari mereka ia wajib membayar fidyah, namun menurut yang lain ia tidak wajib mengeluarkan fidyah, tetapi, pendapat yang rajih dalam madzhab ini adalah pendapat pertama, yaitu, ia wajib membayar fidyah.
· Imam An Nawawi (w 676 H) dari madzhab syafii di dalam maha karyanya Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab menuturkan:
الشيخ الكبير الذي يجهده الصوم أي يلحقه به مشقة شديدة والمريض الذي لا يرجى برؤه لا صوم عليهما بلا خلاف ويلزمهما الفدية على أصح القولين
Orang tua yang tidak sanggup puasa dan sangat kesulitan untuk melakukannya, dan orang sakit yang tidak bisa sembuh lagi tidak wajib berpuasa tanpa ada perbedaan pendapat, dan wajib bagi keduanya untuk membayar fidyah menurut pendapat yang paling benar.[5]
· Imam Al Hishni (w 829 H) dari madzhab yang sama dalam bukunya Kifayah Al Akhyar Fi Halli Ghayati Al Ikhtishar mengatakan hal serupa:
وأما الشيخ الهرم الذي لا يطيق الصوم أو يلحقه به مشقة شديدة فلا صوم عليه وتجب عليه الفدية على الأظهر
Adapun orang tua yang tidak mampu berpuasa atau sangat kesusahan untuk berpuasa maka tidak wajib puasa dan wajib baginya membayar fidyah menurut pendapat yang adzhar dalam madzhab.[6]
Madzhab Hanbali
Para ulama hanabilah berpendapat sama seperti hanafiyah, yaitu, orang tua yang tidak sanggup lagi berpuasa maka wajib baginya untuk membayar fidyah.
· Imam Al Khiraqi (w 334 H) dari madzhab hanbali dalam kitab Mukhtashar Al khiraqi mengatakan:
وإذا عجز الشيخ عن الصوم لكبر أفطر وأطعم عن كل يوم مسكينا
Jika orang yang sudah tua tidak mampu lagi berpuasa karena kerentaanya maka boleh baginya tidak berpuasa dan wajib memberi makan setiap harinya satu orang miskin.[7]
Al Muwaffaq Ibnu Qudamah (w 620 H) dari madzhab yang sama dalam karyanya Al Mughni menuturkan hal serupa:
وجملة ذلك أن الشيخ الكبير، والعجوز، إذا كان يجهدهما الصوم، ويشق عليهما مشقة شديدة، فلهما أن يفطرا ويطعما لكل يوم مسكينا
Secara rincinya, orang tua baik laki-laki atau wanita, jika tidak mampu lagi untuk berpuasa dan sangat kesulitan melakukannya, maka mereka boleh tidak berpuasa dan wajib memberi makan satu orang miskin setiap hari mereka tidak berpuasa.[8]
Madzhab Dzahiri
Para ulama dzhahiriyah berpendapat bahwa orang tua yang tidak mampu lagi melakukan puasa Ramadhan maka ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan tidak wajib membayar fidyah.
· Ibnu Hazm (w 456 H) dari madzhab dzahiri dalam bukunya Al Muhalla Bi Al Atsar menuturkan:
مسألة: - والحامل، والمرضع، والشيخ الكبير كلهم مخاطبون بالصوم فصوم رمضان فرض عليهم، فإن خافت المرضع على المرضع قلة اللبن وضيعته لذلك ولم يكن له غيرها، أو لم يقبل ثدي غيرها، أو خافت الحامل على الجنين، أو عجز الشيخ عن الصوم لكبره: أفطروا ولا قضاء عليهم ولا إطعام
Masalah: wanita hamil dan wanita menyusui serta orang tua, semuanya dikhitab untuk berpuasa, puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi mereka, tapi, jika wanita menyusui khawatir terhadap anak yang ia susui, dan tidak ada wanita lain yang menyusuinya atau anak itu tidak mau menyusu kepada wanita lain, dan wanita hamil itu khawatir terhadap janin yang ada di perutnya, atau orang tua tadi tidak sanggup lagi berpuasa karena sudah renta, maka mereka boleh tidak berpuasa dan tidak wajib bagi mereka mengqada puasanya dan tidak wajib pula memberi makan (fidyah).[9]
Demikian pendapat ulama dalam hal ini, seperti kita lihat, tiga dari lima madzhab di atas mewajibkan fidyah bagi orang tua renta yang meninggalkan puasa Ramadhan karena tidak sanggup lagi melakukannya, dan dua madzhab tidak mewajibkan fidyah bagi orang tersebut sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan.
Allahu a'lam
Muhamad Amrozi
Muhamad Amrozi
[1] Al Kasani, Badai’ As Shanai’ Fi Tartibi As Syarai’ jilid 2 Hal 97
[2] Al Marghinani, Al Hidayah Syarah Bidayah Al Mubtadi jilid 1 Hal 124
[3] Al Qarafi, Adz Dzakhirah jilid 2 Hal 516
[4] Al Mawaq, At Taj Wa Al Iklil Syarah Mukhtasar Khalil jilid 3 Hal 328
[5] An Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab jilid 6 Hal 258
[6] Al Hishni, Kifyah Al Akhyar Fi Halli Ghayati Al Ikhtishar Hal 205
[7] Al Khiraqi, Mukhtashar Al Khiraqi Hal 50
[8] Ibnu Qudamah, Al Mughni jilid 3 Hal 151
Komentar
Posting Komentar